Sabtu, 06 Agustus 2011

Dari Kotoran Gajah hingga Tungro

Belum lama berselan panen perdana padi go organic di wilayah Petang, tak terasa kini sudah waktunya untuk mengolah lahan. Waktu begitu cepat berlalu, rasanya seperti dikejar waktu. “Mudah-mudahan musim tanam kali ini, kelompok kami bisa mensukseskan program Yarnen Bali Madani,” harap I Wayan Selamat, koordinator program Yarnen Bali Madani di wilayah Subak Buangga, Petang.
Saat ini, para petani peserta program Yarnen sedang menjalani pelatihan pembuatan pupuk kompos dari kotoran gajah. “Ini berarti, mengurangi pengeluaran biaya untuk pengadaan pupuk dasar,” aku Gusti Putu Dana, Pekaseh Subak Buangga.
Setelah hasil panen kemarin nyata dibeli langsung oleh KSU Kharisma Madani melalui kelompok tani setempat, untuk masa tanam berikutnya peserta yang ikut program mulai bertambah. “Memang, harus ada bukti nyata yang dilihat petani, baru yang lainnya tergerak,” kesan Kelihan Munduk Buangga, Made Ngaceng.


Upaya menggairahkan petani terus diupayakan Tim Agro Kharisma Farm. Senin 7 Juni 2011, Tim bertemu Ir. I Wayan Muliarta, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan kabupaten Klungkung. “Untuk meyakinkan petani silahkan adakan pembuktian terlebih dulu. Koordinasikan dengan Ketut Sunaja, Kabid Produksi dan ketiga kepala BPP untuk memperoleh lahan demplot seluas 3 hektar,” Muliarta menganjurkan.
Tim Agro Kharisma Farm juga diberi kesempatan untuk mensosialisasikan program Yarnen ini kepada peserta pelatihan sekolah lapang (SL) kedelai yang kebetulan berlangsung selama 5 hari. Responnya sangat baik. Terbukti seminggu kemudian, Tim Agro sudah diberi kesempatan berdialog dengan petani di Subak Giri, di bawah koordinasi Alit Susena, kepala BPP Banjar Angkan. Penjelasan program Yarnen diterima dengan baik, dan mereka akan segera bergabung.

Dalam diskusi tersebut ada beberapa kendala yang ditanyakan Sang Nyoman Dinayasa, Pekaseh Subak Giri, di antaranya bagaimana mengatasi padi yang memerah akibat terserang tungro dan gangguan tikus?
Diskusi dengan PPL di Dinas Pertanian, Klungkung
“Idealnya perlakuan pupuk Agrodyke ini sebenarnya dari pengolahan lahan. Nah, karena padi sudah berumur 21 hari, sebaiknya disemprot dengan takaran 2 gelas aqua bio-urine ditambah 5 sendok makan pupuk Agrodyke dilarutkan ke dalam 15 liter air (1 tangki), lalu semprotkan secara merata. Tujuannya, untuk mencegah penyebaran hama tersebut,” jelas Wayan Sandi dari unit agro.
Ada cara yang sangat sederhana untuk menghentikan serangan tersebut, yakni dengan memanfaatkan botol aqua yang ditoreh pada dua sisi lingkarnya. Sisakan bagian bawah botol tersebut lebih kurang ukuran satu telunjuk. Lalu, gantungkan daging keong mas yang telah busuk. Pada bagian bawah botol diisi air serta tambahkan racun secukupnya. Tempatkan 10 botol untuk luasan 10 are. Bau busuk yang menyengat tersebut akan dicari oleh hama tungro, kemudian akan jatuh dan mati pada air yang telah diisi racun. Cara ini sudah dicoba di beberapa tempat, dan terbukti cukup ampuh”.

Pertemuan dengan para petani juga dilakukan Tim Agro Kharisma Farm di Sanur, tentang cara praktis penggunaan pupuk Agrodyke pada tanaman padi. “Cara memakainya disesuaikan dengan kebiasaan petani, yakni berapa kali dilakukan pemupukan sebelumnya,” jelas Wayan Sandi.
Tim Agro dan petani di Subak Sanur
Satu kemasan pupuk Agrodyke beratnya satu kilogram, berisi 50 sendok makan, cukup untuk perlakuan 10 are. Bila pemupukan biasa dilakukan dua kali, misalnya pada umur padi 18 – 20 Hari Setelah Tanam (HST), dan umur 40 – 42 HST, maka tambahkan satu kali lagi, saat pengolahan lahan. Pada setiap kali pemupukan ditambahkan 10 sendok makan pupuk Agrodyke yang dicampur merata dengan pupuk lainnya, lalu ditabur. Dan sisanya 20 sendok lagi digunakan untuk empat kali penyemprotan. Takarannya 5 sendok pupuk Agrodyke dilarutkan ke dalam 15 liter air pada setiap kali perlakuan, yakni umur 15 HST, 25 HST, 35 HST, dan 45 HST.
Kalau pemupukan biasa dilakukan tiga kali, maka tambahkan lagi satu kali pemupukan saat pengolahan lahan. Jadinya empat kali pemupukan. Pertama, campur 10 sendok pupuk Agrodyke dengan pupuk dasar, lalu taburkan pada lahan.

Kedua, campurkan 10 sendok pupuk Agrodyke dengan pupuk yang biasa digunakan petani pada umur 18 – 20 HST. Ketiga, taburkan 5 sendok pupuk dengan pupuk lainya pada umur 30 – 32 HST. Dan keempat, taburkan 5 sendok pada umur 40 – 42 HST. Dan, 20 sendok yang tersisa disemprotkan empat kali, masing-masing 5 sendok pada umur 15 HST, 30 HST, 45 HST, dan 60 HST.
Umumnya setiap wilayah punya kebiasaan yang berbeda-beda. Ditambahkan, untuk masa tanam berikutnya, sebaiknya pupuk ini digunakan mulai dari pengolahan lahan. Tujuannya, untuk menetralisir residu kimia akibat pemakaian pupuk kimia pada masa tanam sebelumnya, sehingga tercapai pH tanah yang netral.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...